Apabila kita memiliki sebuah destination (tujuan) routing, misal rule
routing untuk akses perangkat server. Nah, untuk menjaga kemungkinan
adanya permasalahan pada link, maka kita akan membuat beberpa link
sebagai gateway ke server tersebut.
Dari contoh kasus diatas kita
bisa melakukan beberapa konfigurasi pada tabel routing. Namun sebelum
itu kita harus mengetahui bagaimana router menentukan jalur routing
(Route Decision).
Route Decision
Sebagai contoh
dibawah ini ada sebuah tabel yang berisi beberapa rule routing dengan
multiple gateway. Misal, dari tabel tersebut apabila kita ingin menuju
ke sebuah perangkat sever dengan IP Address 192.168.0.2. Nah, rule routing mana yang akan diprioritaskan?
Ada beberapa mekanisme bagaimana router memilih jalur routing yaitu antara lain
sebaga berikut.
- Rule routing yang paling spesifik (Misal, 192.168.1.128/26 lebih spesifik dari 192.168.1.1/24).
- Distance (Router akan memilih nilai distance yang paling kecil).
- Round Robin (Random. Apabila Rule tersebut sama-sama spesifik dan memiliki nilai distance yang sama. Biasa disebut sebagai Load Balance).
Jadi, apabila melihat contoh tabel diatas bisa dihasilkan prioritas seperti tampilan
berikut:
Kembali pada sontoh kasus sebelumnya, dengan memiliki beberapa gateway untuk
sebuah destination (tujuan) kita bisa melakukan sebuah mekanisme jalur backup.
Hal ini lebih dikenal dengan istilah Failover. Untuk melakukan failover kita bisa memanfaatkan pengaturan pada nilai distance.
Distance
Seperti yang telah disinggung pada contoh tabel sebelumnya, dengan distance ini
kita bisa menentukan jalur routing mana yang menjadi prioritas dan yang menjadi
sebuah jalur backup. Secara default nilai distance pada MikroTik dari 0 (Nol)
- 8 (Delapan). Semakin kecil nilai distance maka rule tersebut akan semakin diprioritaskan.
Nah, oleh karena itu kita harus memberikan nilai distance yang kecil untuk jalur
utama dan apabila jalur utama putus maka secara otomatis akan memakai jalur lain
dengan nilai distance yang lebih besar.
Check Gateway
Supaya dapat menjalankan failover dengan baik selain konfigurasi nilai distance,
kita juga akan mengatur parameter Check Gateway.
Mekanisme pengecekan gateway ini akan menggunakan ARP Request atau Test Ping yang akan dikirimakan setiap 10 detik. Sebuah link akan dianggap sebagai "Gateway Time-Out" apabila tidak menerima respon selama kurang lebih 10 detik dari mesin gateway.
Dan akan dianggap "Unreachable" jika terjadi 3 kali gateway time-out secara berurutan.
Scope & Target Scope
Contoh diatas apabila link yang putus adalah link yang terhubung langsung dengan
router gateway. Namun, bagaimana jika kasusnya adalah apabila yang putus adalah
diatas router gateway yang tidak terhubung langsung (Recursive). Apabila ita melihat mekanisme pengecekan gateway sebelumnya yang memakai metode
ARP Request dan Test ping akan mengecek jalur yang ke router gateway sehingga tidak bisa melakukan pengecekan
pada jalur diatasnya.
Untuk mengatasi hal tersebut kita bisa menggunakan parameter "Scope & Target Scope" pada konfigurasi routing. Secara default router akan memberikan niali dari
scope dan target scope untuk masing-masing type routing yang nilainya juga berbeda.
Berkaitan dengan masalah diatas kita bsa mengubah nilai dari "Target Scope" sehingga pengecekan gateway akan langsung ke jalur yang diatas router gateway,
walaupun secara real trafik masih tetap melewati router gateway tersebut. Sebagai
contoh seperti tampilan berikut:
Seperti pada gambar diatas, untuk rule routing dengan flag "AS" secara default
akan memakai nilai target scope yaitu 10. Akan tetapi kita bisa mengubahnya menjadi
'30'. Hal ini berarti apabila target scope memakai nilai '10' maka untuk pengecekan jalur selanjutnya akan melihat rule
routing dengan nilai scope '10'. Dan apabila kita merubah nilai target scope menjadi '30' maka untuk pengecekan
selanjutnya akan melihat rule routing dengan nilai scope '30'. Sehingga untuk penulisan gateway bisa langsung kita arahkan/isikan dengan
IP Address yang berada diatas router gateway.
Route Policy
Selain Failover kita bisa menggunakan fungsi routing untuk memetakan koneksi secara sederhana.
Misal, kita mempunyai 2 gateway untuk ke internet. Namun, kita akan membuat 2
jalur tersebut untuk jaringan LAN yang berbeda segment dan masing LAN akan memiliki
jalur sendiri. Katakanlah ada 2 network LAN yaitu 192.168.1.0/24 akan menggunakan
link internet jalur 1 dan network LAN 172.16.1.0/24 akan menggunakan link internet
jalur 2.
Nah, dengan kebutuhan tersebut kita bisa mengaturnya pada Route Policy. Untuk konfigurasinya kita buat terlebih dahulu route policy untuk kedua LAN
tersebut. Masuk pada menu IP -> Routes -> Rules -> Klik Add [+]. Kemudian kita konfigurasi seperti tampilan berikut.
Setelah kita tentukan masing-masing network dengan mengisikan pada parameter
table dengan nama yang berbeda, kita akan memasukkannya pada paramtere "Route
Mark" untuk masing-masing jalur link ke internet.
Langkah diatas juga sama dilakukan pada jalur link yang lain untuk opsi LAN2.
Apabila sudah ditambahkan, maka akan kita dapati 2 link ke internet sama-sama
aktif walaupun memiliki nilai distance yang sama. Hal ini disebabkan kita telah
menentukan "Routing Mark" dengan masing-masing route policy yang telah kita buat
sebelumnya.
Parameter Routing Type
Selain fungsi-fungsi diatas, ada lagi sebuah fungsi routing yang bisa digunakan
untuk kebutuhan keamanan jaringan. Kita bisa mengaturnya pada pamarameter Type.
Pada parameter tersebut kita bisa melihat beberapa macam opsi. Untuk fungsi keamanan
jaringan kita bisa memilih beberapa parameter berikut:
- Blackhole (Melakukan blocking secara diam-diam).
- Prohibit (Melakukan blocking dan mengirimkan pesan error ICMP "Administratively prohibited atau Packet filtered ".
- Unreachable (Melakukan blocking dan mengirimkan pesan error ICMP "Host Unreachable".
Nah, apabila kita menggunakan ketiga parameter diatas, kita tidak memerlukan
untuk mendefinisikan gateway. Misal, jika kita ingin melakukan blocking IP address
tujuan tertentu, maka kita hanya mengisi parameter "Dst. Address" dan kita tentukan parameter "type".
Sebagai contoh kita akan melakukan blocking koneksi ke tujuan IP Address 192.168.1.2 dengan type "Prohibit". Sehingga perangkat dengan IP Address tersebut tidak dapat diakses oleh perangkat
lain di jaringan lokal kita.
Nah, demikian contoh beberapa fungsi dasar dari routing yang sering kita gunakan
di implementasi lapangan.
0 Response to "Pengenalan Fungsi Routing Dasar"
Post a Comment